Pengalaman merakit Transceiver SSB

Halaman ini dibuat untuk mengenang sesepuh dan senior saya Alm. M. Sidik Tamimi YBØAC yang semasa hidupnya selalu memberikan pengarahan serta bimbingan kepada saya dalam merakit Perangkat SSB.


Transceiver SSB

Sejak ORARI berdiri banyak diantara rekan² mulai DXing dengan pesawat Transceiver SSB, ada yang mengunakan Trio Kenwood, Yaesu, Swan , Collins dan ada juga yang menggunakan Homebrew SSB transmitter seperti yang dipakai dan dirakit oleh alm Dick Tamimi (YBØAC); Ingin rasanya saya memiliki perangkat ssb tersebut tetapi bagaimana? Harganya mahal dan perlu menunggu lama untuk bisa memiliki karena harus titip kepada orang yang kebetulan keluar negeri.
Mengingat kemungkinan memiliki sangat kecil maka, mulailah saya melirik ke pasar loak dari Pasar Poncol Senen, Pasar Rumput, Jatayu Bandung sampai ke Pasar Turi Surabaya. Dan bertandang kerumah Oom Dick untuk melihat sambil belajar bagaimana beliau merakit pemancar SSB. Ternyata beliau memakai filter kristal buatan sendiri dari 6 buah kristal surplus dengan frekwensi yang sama. Tiga dari kristal tersebut di etchnya secara teliti menggunakan solusi chlorida, tujuannya ialah agar lempengan kristal kwarsanya menipis dan karenanya frekwensi resonansinya akan lehih tinggi, ectching dilakukan sehingga mendapat selisih frekwensi sekitar 1,5 kHz lebih tinggi dari asalnya. 4 buah dipakainya untuk membuat filter dan 2 buah untuk frekwensi carreer USB dan LSB. Prosesnya membutuhkan kesabaran dan ketelitian, saya benar kagum pada Oom Dick yang sangat sabar dan teliti dalam merakit pesawat homebrew dan juga atas dedikasinya sebagai Amatir era sebelum perang dunia ke 2 yang selalu ingin menurunkan pengalamnya pada para Amatir baru seperti saya.

Bertolak dengan bekal yang diperoleh dari YBØAC saya mulai bertekad untuk membuat transceiver SSB sendiri dengan pertimbangan kalau saya hanya buat Pemancar maka Receiver kaga gablek lagi pula merakit Transceiver nampaknya memerlukan jumlah suku cadang yang hampir sama dengan Receiver plus bagian RF linear amplifier yang hanya terdiri atas dua tingkat.

Saya mengumpulkan suku cadangnya dalam kurun waktu ± 1 tahun dan handicap utama adalah mendapatkan filter ssb. Buat sendiri? Saya tidak sesabar Oom Dick, pakai sistim phase shift.. tidak punya alat ukur, hingga akhirnya saya menemukan di Pasar Turi 2 buah mechanical filter 500 kHz. Mulailah saya merancang transceiver konversi tunggal (Single Conversion) yang idenya saya ambil dari ARRL Radio Amateur handbook th 1967, SSB exciternya berfungsi juga sebagai demodulator. untuk ini dan rf mixer saya gunakan suppressed carrier balance mixer dengan tabung 12AT7, carrier oscillator 12AT7, VFO nya 12AT7, IF 6AU6/6BA6, Mic amp 12AX7, audio amp 6BM8, RF driver 12BY7 dan Final 6146 B.

Transceiver SSB Homebrew ku
Homebrew
Suara Seperti Bebek

Mechanical Filter
Mechanical Filter colins 500 KHZ

Bagan blok


Saya merakit bagian balance modulator lebih dahulu langsung di ukur dan tera mengunakan surplus frequencey meter BC 221 dan rf µvoltmeter sampai saya mendapatkan carrieer suppression yang paling optimum. Setelah itu saya teruskan merakit bagian receivernya lalu dicoba, ternyata hasilnya kurang memuaskan, kwalitas suaranya kasar dan sangat terpengaruh oleh fading. Saya atur kembali frekwensi carrieer-nya agar mendekati ambang jurang filter mechanical filter dan di perbaiki time constant avc dan rf gain nya sehingga menghasilkan mutu penerimaan yang lumayan baik.

Setelah bagian receiver selesai saya teruskan merakit bagian transmitternya sampai ditingkat RF driver saya coba fungsi transmitter tanpa dummy load ternyata terjadi feedback pada bagian RX, nampaknya fungsi muting RX waktu memancar tidak bekerja dengan baik. Saya telusuri bagian switching yang menggunakan relay dan coba memakai dummy load dan mengadakan pengukuran rangkaian terutama pada bagian yang digunakan secara bersama untuk TX dan RX. Bingung saya tidak bisa mengatasi/menemukan masalahnya dengan segera. Setelah tertunda ± seminggu saya ubah system muting dengan memberi tegangan negatip pada kisi kemudi tabung² bagian RX, hasilnya banjak membantu namun masalahnya belum hilang benar, terkadang masih timbul feedback. Saya hampir putus asa, kemudian saya buat shielding dibagian transmisi dengan perasaan ragu malah dibagian yang dipakai secara bersama saluran penghubungnya saya gunakan coax kecil tahan panas yang baru saya dapat dari pasar Poncol semua itu memerlukan waktu 3 hari. Setelah dicoba saya meloncat kegirangan, masalahnya ternyata hilang!

Saya istirahat beberapa hari sambil merenungkan apa yang telah saya lakukan dan..... kemudian saya jatuh duduk karena saya merasa benar² bodoh.

***

Mengapa saya harus begitu ngawur dalam mengatasi masalahnya padahal masalahnya sederhana yakni tegangan kebagian RX tidak dimatikan. Meskipun demikian saya senang memperoleh pengalaman shielding. Setelah itu saya rubah bagian switching dengan menganti relay yang mempunyai kontaktor lebih banyak dan aliran B+ ke bagian TX dan RX bisa di putuskan secara berganti.
Letih rasanya sehingga saya istirahat terus sambil terus mencoba bagian receivernya dan tersenyum bangga karena ternyata mutu penerimaannya sangat baik selectivitas maupun sensitivitasnya terutama mutu suaranya yang nyaris tidak kentara suara signal ssb, dan belum pernah saya jumpai diantara rekan-rekan yang memiliki Communication radio. Sehingga pada suatu senja saya mendengar alm Jack Lesmana (YBØDF) sedang diudara dengan Yaesu FT 200 nya iseng² saya hubungkan bagian tank coil ke antenna dengan sebuah loop 2 lilit dan coba memancar, dan diluar dugaan Pak Jack menjawab, waduh senangnya. Ke-esokan harinya saya lanjutkan merakit bagian RF Power amplifier, selesai dalam waktu 2 hari di netralisir dulu sehingga tidak terjadi self oscillation lalu pakai dummy load sambil teriak test...test dan diluar dugaan dijawab oleh Pak Jack. Pak Jack bingung kenapa signal saya lebih kecil waktu saya jelaskan bahwa saya memakai dummy load buatan dewek beliau mengerti. Jarak rumah pak Jack kira-kira 1 Km dari rumah saya. Kemudian saya minta waktu untuk pakai antenna dan Ngejegur kata Pak Jack, dengan pertolongan pak Jack saya menera bagian ALC agar baik dan pak Jack malah berkata kwalitasnya prima beda dengan Homebrew rekan-rekan lain.

Selanjutnya sambil mengudara saya adakan beberapa modifikasi, terutama terjadinya ketidak stabilan VFO seiring dengan turun naiknya tengangan PLN, memaksa saya mengunakan stabilized DC Voltage untuk heater tabung VFO dan tegangan anodanya saya turunkan dari 150 menjadi 75 volt. Disamping itu saya pun khawatir akan terpancar frekwensi cermin VFO-Carreer menyebabkan saya menambah trap filter, Alm Oom Kwik YBØCJ banyak membantu dalam memonitor modifikasi yang saya buat.

Stasiun DX pertama adalah dengan 9M2DW O.M. Tan dari Muar Malaysia yang juga tidak menduga bahwa saya menggunakan Homebrew, malah mengatakan bahwa ciri² transmisi saya mirip dengan Collins ( Nampaknya Collins mechanical filter mempunyai ciri yang unik). Dengan demikian rampunglah master piece saya dalam waktu ±: 4 bulan waktu segang saya. Rekan² Homebrewers hampir setiap malam melakukan rag chewing dan banyak membantu al YB1HR, alm YB1AY, YB1PG, YB2AG, YB3DD, YCØOQ,

Tidak terucapkan bagaimana rasa senang dan bangganya saya mencapai hasil memuaskan ini, sehingga menimbulkan semacam dorongan keinginan agar rekan² lain bisa turut merasakan perasaan saya ini. Banyak sekali peminat yang ingin membuat Homebrew namun terbentur pada masalah suku cadang, salah satu adalah seorang anggota ORARI termuda waktu itu Sdr, Chepy Nasution YBØIZ yang datang berjalan kaki dari jalan TelukBetung ke Cawang hanya untuk merasakan ber QSO dengan Transceiver Homebrew.

Dan saya pun tak keberatan Transceiver saya kemudian jalan keliling antar sesama rekan ORARI. Apalagi setelah saya memperoleh lungsuran Yaesu FL50 dan FR 50 dari Alm YBØCJ praktis Homebrew saya itu pindah tangan semula ke alm YCØBA dan katanya terus ke YB1HR dan entah kemana lagi.


CollinsTransceiver KWM2A

My Collins KWM2A

adalah yang ke 2 kumiliki

Dan ini yang ke 3
YAESU FT 101

Heran setelah itu dengan mudah saya bisa mendapatkan factory built Rigs. Setelah itu sebuah Collins KWM2A yang menjadi kesayangan saya dan selanjutnya Yaesu FT 101 keduanya sekarang masih berkerja namun agak saya kurangi pemakainannya karena khawatir akan kesulitan suku cadangnya. Hanya kedua itu yang tetap berada ditangan saya FT 101 sudah saya modified menjadi FT 101 B. Saya sempat juga mempunyai Yaesu FT 7, FT 301, FT 901 DM, FT 107 M, FT-ONE sebagai hasil dari penghematan uang saku perjalanan dinas ke Jepang, semua itu hanya bertahan beberapa bulan ditangan saya untuk kemudian pindah tangan. Sedangkan FL50 series lungsuran dari Oom Kwik sudah saya hibahkan ke YCØUE/1 di Purwakarta.

Bagan skema


To zoom click at the schematic diagram


Demikianlah pengalaman saya merakit Transceiver SSB pertama ditahun 1970 dan boleh dikata hasil rakitan Amatir Indonesia pertama dan perakit Transceiver kedua dikalangan Amatir adalah alm. YBØAE yang memakai collins MF kedua yang saya miliki dengan circuit design yang hampir sama namun, dengan design sasis yang jauh lebih bagus dan profesional, maklum Pak Agus Amanto punya bengkel komplit dirumahnya.


Updated February 2000.