Pengalaman merakit Pemancar


Pemacar AM

Around 1950 a very cheap radio receiver was made by Philips Bandung and was well known as Zingende Plank Radio (Singing Board radio). This radio receiver is a monoband type utilizing rimlock U 41 series tubes and worked with an 125 volt ac supply at 50 cycles/s. It has a shape of a dark brown finished wooden board with 2 knobs (function for frequency dialing and main switch), 1 sliding volume control and a round hole for Dial indicator. I bought this type of receiver from the local flea market in 1964

Sekitar tahun 1950 radio rakyat yang terkenal adalah Plank Radio atau radio papan buatan PHILIPS Bandung, Radio ini merupakan radio 1 band dan bekerja untuk tegangan catu 125 v ac, menggunakan tabung jenis Rimlock seri 41. Bentuknya hanya berupa sebilah papan yang dipolitur warna coklat kehitaman dengan 2 tombol bulat (1 untuk pencari gelombang dan 1 untuk sakelar) 1 tuas geser untuk pengatur keras suara dan 1 celah bulat untuk dial gelombang.

Saya membeli radio bekas jenis ini tahun 1964 di pasar loak Pasar Rumput. Diawal perjuangan Orde baru 1965, banyak rekan-rekan amatir yang mulai berani mengudara secara clandestine ! Saya pun mulai tertarik berat untuk membuat pemancar namun, tidak mempunyai cukup uang untuk membeli suku cadangnya. Saya mengkorek -korek junk box saya yang berisi alat-alat elektronik namun tidak menemukan power trafo dan suku cadang yang memadai untuk bisa saya rakit jadi pemancar.Ada HIFI Amplifier rakitan sendiri ada 2 bh radio satu radio papan dan satu Radio sabun buatan National Gobel yang saya beli seharga Rp.3.500,- belum lunas lagi. Aaah saya mulai melirik -lirik kearah radio papan dalam hati saya berkata: 'Gua sembelih lu'. Mulailah saya merancang skema pemancarnya sambil memperhatikan karakteristik lampu seri 41 di vademecum lampu.
 

 

Radio papan

Bagan pemancar
transmitter

Bagian Catu daya

S a s i s

Dipintu kamarmandi saya menemukan sebilah sheet aluminium yang ditempelkan sebagai pelindung cipratan air, nah yang ini saya jadikan sasis. Mulailah saya kerja.... bermodalkan sheet aluminium setebal 1mm beberapa sekrup dan mur ukuran 3 mm dengan perkakas jangka, pengaris, gunting kaleng, martil, bor tangan, tang, obeng, pisau dapur dan gergaji tripleks saya buat sasis. Saya buat pola diatas kertas secara teliti, setelah selesai saya salin ke atas lembar aluminium menggunakan pisau dapur untuk membuat garisnya. Pada garis-garis yang akan ditekuk saya perdalam garisnya sehingga merupakan alur sedalam 0,2 mm. Lubang untuk sekrup dan soket lampu saya buat dengan bor tangan dan gergaji tripleks. Dan alat tekuk sasis... pintu lemari baju yakni dijepit dipintu lemari lalu kekuk dengan tangan.
 

Attached to the bathroom door I found an 1 mm thick aluminum sheet that function as a shield, I replaced this with zinc sheet and used it for chassis. With the aid of several small screws/nuts, a ruler, metal scissors, calipers, hand drill, hammer, pliers, screwdriver, kitchen knife jigsaw, I started to made the chassis. I draw a template carefully in a piece of paper and copied it into the aluminum sheet surface with the kitchen knife and caliper. I made a grove of 0.2 mm deep into the strait lines that will be bended with the kitchen knife and used jigsaw to made holes for the tubes sockets. The bending jobs was done by hand and with the aid of clamping the sheet in my clothing cabinet doors.

Tahap berikutnya menyembelih radio papan, semua komponen satu persatu dilepas, dikumpulkan dan di pilah-pilah. Yang terpakai saya pasang di sasis pemancar, lampu UY 41 untuk pengarah arus UL 41 untuk RF Power, UF 41 untuk Buffer/Frequency doubler dan UCH 41 digunakan untuk Oscillator dan cathode follower, bagian triodanya untuk VFO colpits osc dan hexodanya saya gunakan sebagai cathode follower. Roda pencari gelombang saya gunakan sebagai fine tuning VFO. Variable cap saya gunakan untuk C1 Final PHI Section sedangkan C2 saya gunakan capasitor tetap sekitar 2k pf.

The next job was disassembled the plank radio, collect all the parts and sorted it. I used the UY 41 for rectifiers, UL41 for rf Power, UF41 for buffer/frequency doubler and UCH41 the triode part for Colpits VFO and hexoda as cathode follower. 1 gang of the double ganged variable capacitor was used for C1 of the Final Phi section while I used fixed capacitor of around 2 kpF C2.

Karena rangkaian tidak memakai transformator maka sasis kemungkinan terhubung ke hot site saluran PLN dan kata nenek... ini berbahaya, untuk mencegah saya gunakan sebuah pilot neon sebagai indikator Hot site, jadi jika NE menyala saya balik hubungannya.

Since the circuit didn't utilized Power transformer there are possibilities the chassis are connected to the hot side of the mains supply. Grandma said its dangerous, to be certain the chassis should not be connected to the hot site, I used a neon pilot lamp as indicator.

Setelah selesai dirakit saya coba bagian vfo nya dan mulai mengatur jangkauan frekwensinya, hasilnya lumayan bisa begerak dari 3,4 sampai 4,5 Mhz kemudian Buffer nya Sedangkan untuk power saya mengunakan sebuah lampu pijar sebagai beban sambil mengamati arus katoda dan tegangan dikisi kemudi serta kisi tirainya. ternyata arus kathodanya sekitar 35 mA wah cukup kira-kira 5 wat dengan tegangan anoda 125 DC dan efisiensi 80%.

After finished the assembling and soldering job I started testing it. First the VFO and buffer stages and seemed to be reasonable with a coverage from 3.4 to 4.5 mHz. In testing the final stage I used a 200w 125v bulb as a dummy load while observing the cathode currents and grid voltage the total cathode currents is 35 mA., excellent its approximately 5 watt output if the efficiency is 80%.

Lebih lanjut saya coba dengan injeksi modulasi (yang saya gunakan adalah screen grid modulation) Trafo audio saya gunakan sebagai back to back modulation transformer dan HIFI Amplifier saya saya pakai untuk modulator. Setelah dicoba ternyata lampu beban saya meredup-redup seiring dengan modulasi.????

Further I tested with modulation (I inject the modulation into the screen grid), I used the audio transformer as back to back modulation transformer and my HIFI amplifier as the modulator. Obviously I got a downward modulation indicated by a dimmed dummy load bulb lights. Rechecking the circuit again I found out that the grid current was to high around 9 mA, this forced me to put potentiometer at the screen grid of UF41 so that I can adjust the driving power to the final stage. After I got a grid current around 3 mA the lights of the dummy load bulb became brighter when modulated.

Saya periksa lagi rangkaian ternyata arus pada kisi kemudi 9 mA waoo kebesaran! terpaksa saya pasang pada screen grid UF 41 sebuah potensiometer untuk menurunkan output nya setelah saya peroleh arus kisi kemudi 3 mA ternyata lampu berbinar-binar seiring dengan modulasi.

At that time I didn't possessed an Oscilloscope, so I check the modulations depth just by listening to my transistorized radio, it sounded loud but the quality was distorted. I am certain my HIFI amplifier which I'd assembled a view years before was in good condition. Changing the modulation transformer and reducing the gain didn't help much. I was almost frustrated, by no means of any purpose I tried to neutralized the RF final amplifier with a gimmicks feedback. And the came out was surprisingly good

Karena saya tidak mempunyai Oscilloscope maka kedalaman modulasi AM tidak bisa saya ukur untuk ini saya mendengarkannya diradio dari jarak yang jauh Hasilnya suaranya keras tetapi kwalitasnya tidak sesuai. Amplifier yang saya rakit beberapa tahun sebelumnya selalu prima. Saya jadi bingung sambil mereka reka penyebabnya ganti modulation transformernya kecilkan modulasinya tidak berhasil. Kemungkinan lain adalah karena parasitic oscillation di RF Final amp. Saya coba dengan menetralisir UL 41 dengan menggunakan feedback gimicks. Hasilnya .... TOKCER

Start getting on the air, I didn't yet have an antenna. I made a sloping wire antenna from the top of a coconut tree in front of my house to the back yard with a length of 18 m (± ¼ lambda for 80 meter). To avoid broken off by the wind at the lower side of the antenna wire I joined it with a small nylon robe fed into a pulley and the end loaded with some bricks. In this way my antenna will not be broken off and will remained straitened.

Sekarang tinggal on air, antena belum ada, saya buat antena sloping wire dari pohon kelapa dihalaman depan rumah kira-kira sepanjang 18 m (± ¼ lambda untuk 80 meter) dan agar jangan putus tertiup anging diujung bagian bawah saya pasang katrol sumur timba yang sudah tidak terpakai, jadi ujung antena saya sambung tengan tambang nylon yang dimasukan kekatrol dan diberi beban 5 buah batu bata. Jika pohon kelapa melambai-lambai maka beban ini akan turut melambai.

Finished my job I got on air by means of broadcasting songs. I got onto my motorbike with my transistor radio and made a trip through Jakarta while listening to my radio. For a radius of more than 15 KM the broadcasting test was still loudly audible. Waoo I was happy with that.

Selesai semua saya coba onair dengan memutar lagu lalu keliling naik sepeda motor sambil bawa radio transistor untuk mendengarkan, jalan dari Cawang sampai Mester sampai Senen sampai Ancol ternyata bagus. Waaaaah senang juga jadinya.

Now starting looking for friends to make a QSO, But I didn't owned a microphone instead I used the 4 inch speaker as a microphone. In the Evening I tuned my VFO near 3.5 mHz and started shouting into my speaker microphone, this is hotel kilo, hotel kilo over. and start dialing my radio seeking for a possible answer. After several time s shouting at last near 100 meter band I heard someone shouting. Hotel kilo this is Alpha hotel do You read me ooover. I was so happy getting someone response and instantly I replied Yes... Yes alpha hotel I received your signal quite good over. My first QSO was established that evening with one who call himself as Alpha Hotel alias the late O.M. Abdul hamid (YCØBA). Though the QSO procedures we used was far from it must be, but its really challenging. That night OM A Hamid came to my house, he was just curiouse to see my power transformerless transmitter. The next evening I met also OM Stanley Iskandar YBØAL and since then I got many friends and also free TX Components

Sekarang tinggal untuk QSO Mikropon ngga gablek kata orang Jakarta, terpaksa speaker Radio papan dijadikan mike. Tunggu malam hari On air di sekitar 3,5 mHz cari teman sambil teriak disini Hotel Kilo, hotel kilo gantuiiiii. Terus cari - diradio siapa tahu ada yang dengar setelah 30 menit saya dengar di hampir digelombang 100 meter saya dengar seseorang dengat logat jakarta Hotel kilo disini Alpha Hotel apa bisa diterima guanteee. Aduh senang nya saya mendengar ini langsung saja saya jawab ya...ya.. Alpha hotel saya terima anda dengan sangat baik ganti. Terjadilah QSO pertama saya dengan orang yang menamkan dirinya Alpha Hotel alias alm Abdul Hamid (YCØBA) dan malam itu juga Sdr. A. Hamid datang kerumah ingin melihat pemancar saya yang memakai tabung UL 41 tanpa Trafo. dan keesokannya diudara saya juga berjumpa dengan Stanley Iskandar YBØAL dan sejak saat itu saya banyak mendapat bantuan peralatan pemancar dari rekan secara gratis.

That was my first Homebrew experience, assembling a 80 meter AM Transmitter.

Demikianlah pengalaman saya merakit Pemancar AM pertama dan berikutnya adalah pengalaman merakit Transceiver SSB pertama.


UPdated : Januari 2000.-